Ahlan wasahlan di blog kamardy arief, semoga blog ini dapat menambah wawasan anda, berikan komentar anda untuk masukkan blog ini.

Secarik Kebahagiaan

Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka. Namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang telah terbuka.

Perjalanan Hidup

Ketika seseorang melukaimu, janganlah bersedih karena Allah selalu menitipkan penyembuh buatmu.

Segenggam Senyuman

Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapat terbang burung.

Segenggam Harapan

Harapan dan kekecewaan itu bagaikan dua sisi mata uang ... bertolak belakang, namun saling melekat. Apa yg kita fokuskan utk kita lihat dan bagaimana cara kita melihatnya . Oleh karena itu, beranilah menaruh harapan .. hanya kepada Allah, dan bukan kepada manusia, sebab manusia bisa mengecewakan, tapi Allah tak pernah mengecewakan kita.

Keindahan Hati

Sering kali kita berprasangka buruk terhdap orang lain, sampai-sampai kalau bertemu dia, enggan untuk bertegur sapa. belum tentu orang yang selalu membuat kita marah membuat kita kesal itu benci terhadap kita tapi justru sebaliknya mungkin itulah cara dia menunjukkan kasih sayangnya dialah pelindung kita.

Wednesday, January 9, 2013

Sandiwara dibalik sidang

Hari ini adalah hari yang tidak akan terlupakan, karena hari ini aku akan sidang dihadapan para dosen penguji untuk mempresentasikan aplikasi yang telah aku buat. Perasaan tegang selalu membayangi disetiap tidur, makan dan aktifitas lainnya. Satu demi satu teman-temanku keluar dari ruangan itu dengan senyum bahagia diwajah mereka. Ada juga yang keluar dengan tangisan karena harus mengulang pada sidang berikutnya. Kini giliranku tiba, sahabat-sahabatku begitu setia mengantarkanku untuk sidang. aku harus masuk ruangan itu apapun hasilnya yang terpenting aku akan menunjukkan dan memberikan yang terbaik. Presentasi pun dimulai hingga demo program selesai. Pertanyaan demi pertanyaan aku jawab dengan sebaik-baiknya walaupun dari jawabanku aku tahu masih banyak kekurangan. Aku lihat jam ditanganku, sudah menunjukkan pukul 06.30 sudah lebih dari 30 menit aku berada diruangan ini.

Wajahku mulai pucat menerima hasil yang akan diberikan. Setelah semua pertanyaan selesai aku jawab kini saatnya aku membaca surat keputusan nilaiku, aku membaca pada setiap kalimatnya dengan teliti, hingga berhenti pada suatu kalimat itu “Gagal”, saat itu juga setiap tetes darahku rasanya surut seketika ke jantungku dan membeku disana. Telingaku berdengin-dengin, hatiku diburu rasa penyesalan yang sangat, aku merasa tempat yang ku injak saat ini runtuh dan rata dengan tanah, cahaya lampu membuatku menjadi melihatnya monokrom hanya mengenal hitam dan putih saja. Sahabat-sahabatku yang sejak tadi menungguku mulai masuk dan memberikan aku semangat dan terus bersabar. Waktu rasanya berhenti begitu lama. Entah kenapa kaki ini rasanya berontak tidak mau digerakkan pulang. Aku mulai mencoba menenangkan hatiku dan berkata dalam hati masih ada kesempatan kedua dan aku mungkin bisa lebih baik lagi. Aku mulai sholat maghrib selesai sholat dalam doaku aku selipkan harapan dan keinginanku, semoga aku bisa menjadi lebih kuat dan lebih baik lagi. Rasanya badanku mulai lemas, ingin segera mengistirahatkan sejenak badan dan otak ini yang sudah lama berfikir keras sejak tadi pagi sampai malam ini. saat kondisi aku hilang kesadaran dan penyesalan yang mendalam, tiba-tiba sahabatku memanggil aku dan menyuuruhku membacanya. Di surat itu ternyata aku “Lulus” dengan nilai yang memuaskan. Ya rabb benarkah ini ? nyatakah ini ? aku baca kalimat demi kalimatnya dengan teliti dan ternyata ini benar. Seketika itu air mataku keluar tak bisa menahan haru, tega sekali mereka membohongiku. Sempat-sempatnya Dosen penguji, dosen pembimbing dan sahabat sahabatku membuat sebuah skenario menjebakku untuk membuatku mengeluarkan air mata dan membohongiku dahulu, cara yang tak pernah terpikirkan olehku. Terima kasih untuk kalian semua atas, dukungan kalian, doa kalian, terima kasih juga yang sudah mengatur skenario ini. sebel dan kesal rasanya dijebak seperti ini yang membuat aku mengeluarkan air mata haru. Kalian luar biasa aku bangga punya sahabat seperti kalian. Sahabat yang tidak pernah aku temui sebelumnya.






Mungkinkah ini hanya mimpi

Rintik-rintik hujan mulai turun dari langit, awan pun mulai gelap. Kereta api terus melaju cepat tak mengenal henti membelah sawah yang akan mulai dipanen. Aku duduk di pinggir dekat kaca sambil memejamkan mataku, tak terasa air hujan mulai masuk membasahi wajahku. Wajahku basah terkena air hujan tapi pikiranku tertinggal jauh disana. Entahlah, kenapa hati ini masih belum bisa mau mengerti dan masih terus kepikiran kejadian waktu itu.  Apakah aku salah ? Aku yang sulit memahami atau dia yang tak mau mengerti ?  Aku berusaha untuk bisa memahaminya, tapi dia lebih sering membuatku tidak mengerti dengan sikapnya yang dingin. Kadang dia marah dengan alasan yang tidak jelas yang membuatku menafsirkan yang macam-macam. Aku pikir mungkin kita perlu untuk tidak berbicara dulu ataupun SMS untuk beberapa waktu. Tapi ternyata aku salah, aku pikir dengan hal itu dia bisa introspeksi diri ternyata dia malah dekat dengan laki-laki lain. Wajahku memerah saat temanku menceritakan hal itu kepadaku. Begitu kesalnya hatiku saat itu. Dimana kesetiaan dan janji yang telah dia ucapkan. Beberapa hari setelah itu aku pikir mungkin akan ada berita baik ternyata ceritanya belum selesai sampai disitu aku lihat dia bermesraan dengan orang lain. Saat itu juga setiap tetes darahku rasanya surut seketika ke jantungku dan membeku disana. Telingaku berdengin-dengin, hatiku diburu rasa cemburu yang sangat, aku merasa tempat yang ku injak saat ini runtuh dan rata dengan tanah, sinar matahari membuatku menjadi melihatnya monokrom untuk beberapa saat hanya ada hitam dan putih saja. Waktu rasanya berhenti begitu lama.

Aku berusaha untuk menenangkan hati ini, satu hari ini rasanya sulit sekali untuk melupakan kejadian itu, semuanya terjadi begitu cepat. Segera aku menyadarkan diriku untuk tidak larut dalam kesedihan. ini bukanlah akhir dari segalanya. Setiap satu pintu tertutup pasti akan banyak pintu yang terbuka tapi kita lebih sering untuk melihat satu pintu saja jadi kita tidak tahu kalau pintu yang lain telah terbuka. Aku yakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Saat aku bertemu dengannya aku mencoba untuk menjauh dan berusaha untuk tidak melihatnya. Entah kenapa hati ini belum siap untuk bertemu dengannya. Dihari kedua aku berusaha untuk mengambil keputusan mungkin ini adalah yang terbaik untuk kita, mungkin kita bukanlah pasangan yang cocok. Tadinya kupikir kamulah orang yang terbaik, seandainya kamu tahu bahwa dirimu begitu special, aku berharap bisa menyadarkan dirimu kalau kamu itu benar-benar special. Tapi setelah kamu membohongi diriku rasanya berat untuk melanjutkan hubungan ini. Walaupun aku masih berat untuk melepaskanmu tapi inilah keputusanku. Kamu sendiri yang memaksaku berbuat seperti ini. Kadang rasanya sulit sekali melupakanmu, tapi  aku sendiri tidak tahu apakah kamu merasakan seperti yang aku rasakan juga atau tidak ?  mungkin kamu lebih mudah melupakanku karena dirimu sudah punya pengganti diriku. Baiklah aku tidak akan mengganggu kehidupanmu lagi.